Senin, 10 Desember 2012

Wasiat rosul diakhir jaman

 Wasiat Rosul Untuk Kita

“Aku wasiatkan kepada kalian bertakwa kepada Allah, untuk mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian itu seorang budak. Dan barangsiapa di antara kalian yang masih hidup sepeninggalku, niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak. Karena itu wajib atas kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan sunnahnya Al Khulafa’ Ar Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Pegang erat-erat sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hati kalian dari perkara-perkara baru, karena setiap perkara baru ( bid‘ah) itu sesat.” (HR. Abu Dawud no. 3991)

“Berilah nasihat kepada mereka dan katakanlah kepada mereka ucapan yang bisa dipahami, mengena dan menancap di jiwa-jiwa mereka.” (An Nisa’: 63)

“Berbekallah kalian, maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (Al Baqarah: 197)

Nasehat Diakhir Jaman

ASING DI AKHIR JAMAN
 
Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali (asing), sebagaimana ia muncul dalam keadaan asing. Maka beruntunglah orang-orang asing“. [HR. Muslim dalam Kitab Al-Iman (232)] 

Semua ini disebabkan karena kurangnya perhatian kaum muslimin terhadap agamanya dan sunnah Rasul-Nya-shollallahu alaihi wasallam-. Kurangnya perhatian mereka menuntut ilmu syar’i karena kesibukan duniawi yang memalingkan mereka. Sementara mereka tak ada perhatian lagi dengan majelis ilmu dan majelis ta’lim. Akibatnya, agama dan Sunnah Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- terasa asing dan aneh di sisi mereka.

Memang mereka terkadang mendatangi majelis ta’lim. Namun jika mereka hadir, nampak pada wajah mereka lelah dan keterpaksaan ikut majelis ta’lim. Yah, hanya sekedar hadir agar orang tidak mencelanya. Maka anda akan lihat orang semacam ini jika hadir di majelis ta’lim, ada yang ngantuk , bahkan tidur. Ada yang bersandar di tembok, jauh dari ustadz. Ada yang sengaja duduk di belakang untuk sembunyi; jika ngantuk dan tertidur, ia bisa sembunyikan wajahnya di balik punggung kawannya. Ada yang cerita dengan temannya sehingga mengganggu ceramah ustadz. Ada yang melayang pikirannya sampai Amerika. Inilah kondisi mereka sehingga tak heran jika mereka tetap jahil terhadap agamanya. 

Jika mendengar cerita yang menguntungkan dunianya, maka matanya terbelalak. Betul dunia adalah nikmat yang Allah berikan. Namun jangan dijadikan tujuan hidup dan pusat perhatian. Dunia diambil sekedar bekal menuju Allah Ta’ala. Allah tidak memberikan nikmat kepada seorang hamba-Nya, kecuali nikmat itu hanya sekedar alat dan sarana yang dipakai untuk beribadah dan beramal sholeh. Dunia dengan segala nikmatnya bukanlah merupakan tujuan dan terminal terakhir bagi seorang muslim. Akan tetapi merupakan tempat persinggahan mengambil bekal menuju perjalanan akhir, yaitu akhirat. 

Fenomena berlombanya kaum muslimin memperbanyak harta benda dan fasilitas duniawi sehingga membuat mereka lupa terhadap agamanya merupakan sebab tersebarnya kejahilan. Jika semakin hari, semakin tersebar kejahilan, maka ketahuilah bahwa ini adalah salah satu diantara ciri dan tanda dekatnya hari kiamat.

Senin, 26 November 2012

BERDOA






Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”. (Al Mukmin 60)
Dalam keadaan sehari hari banyak manusia yang lupa pada kelemahan dirinya, mereka terlalu bangga dengan kemampuan dan kecerdasan dirinya . Mereka merasa bahwa berbagai kenikmatan, kekayaan, pangkat , kemuliaan yang mereka peroleh adalah dari hasil jerih payah, kecerdasan dan kemampuan yang mereka miliki. Berbagai kenikmatan , kesenangan, pangkat dan derajat yang mereka miliki menimbulkan kesombongan dan kepongahan pada diri mereka, sehingga mereka lupa pada Allah yang telah memberikan semua karunia itu padanya.
Manusia baru terkejut dan terperangah ketika diuji oleh Allah dengan berbagai bencana dan musibah. Tatkala kapal yang mereka tumpangi diayun gelombang lautan yang tinggi dan ganas, tatkala pesawat yang mereka tumpangi dihantam badai dan topan, tatkala gedung dan rumah mereka digocang oleh gempa yang dahsyat, tatkala banjir bandang dan longsor datang menerjang. Ketika itu manusia baru menyadari kelemahannya, mereka baru ingat kepada Allah yang selama ini telah mereka lupakan, lenyap sudah kepongahan dan kesombongan diri mereka selama ini …..….mereka berseru, berdo’a pada Allah dengan sepenuh hati , mohon untuk diselamatkan dari bencana dan bahaya yang mengancam mereka itu.
Naudzubillahi mindzalik….mari kita jauhkan sifat dan perilaku seperti yang diceritakan diatas. Jauhkan diri dari sifat sombong, bangga, ta’ajub dengan kemampuan diri, bertawadhulah pada Allah. Ingatlah pada Allah terus menerus dalam shalat maupun diluar shalat, ketika berdiri , duduk dan berbaring. Jangan biarkan waktu berlalu walaupun hanya sebentar , tanpa berdzikir mengingat Allah.

Rabu, 24 Oktober 2012

Mendapat pahala haji tanpa berhaji

Mendapat Pahala Haji Tanpa Berhaji


Abdullah bin Mubarok (118-181 H/726-797 M), seorang ulama asal Marwaz, Khurasan, mendambakan dua hal dalam hal ibadah, yakni haji dan jihad.
Dan, itu ia laksanakan secara bergantian setiap tahun. Tahun ini berjihad, tahun depan berhaji, betapa pun sulitnya.
Suatu waktu, Ibnu Mubarok berkeinginan pergi haji. Untuk itu, ia bekerja keras mengumpulkan uang. Dan ketika terkumpul, ia pun melaksanakan niatnya, menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
Ketika sudah selesai mengerjakan berbagai tahapan ibadah haji, ia tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi menyaksikan dua orang malaikat turun ke bumi. Kedua malaikat ini pun terlibat dalam perbincangan.
“Berapa banyak jamaah yang datang tahun ini?” tanya malaikat yang satu kepada malaikat lainnya.
“Enam ratus ribu orang,” jawab malaikat lainnya.
“Tapi, tak satu pun diterima, kecuali seorang tukang sepatu bernama Muwaffaq yang tinggal di Damsyik (Damaskus). Dan berkat dia, maka semua jamaah yang berhaji diterima hajinya,” kata malaikat yang kedua.
Ketika Ibnu Mubarok mendengar percakapan malaikat itu, terbangunlah ia. Ia pun berkeinginan mengunjungi Muwaffaq yang tinggal di Damsyik. Ia telusuri kediamannya dan kemudian menemukannya.
Ibnu Mubarok lalu memberi salam kepadanya. Ia menyampaikan mimpi yang didapatnya. Mendengar cerita Ibnu Mubarok, maka menangislah Muwaffaq hingga akhirnya jatuh pingsan. Dan setelah sadar, Ibnu Mubarok memohon agar Muwaffaq menceritakan pengalaman hajinya hingga ia memperoleh predikat haji mabrur tersebut.
Muwaffaq menceritakan bahwa selama lebih dari 40 tahun, dia berkeinginan untuk melakukan ibadah haji. Karenanya, dia pun mengumpulkan uang untuk itu. Jumlahnya sekitar 350 dirham (perak) dari hasil berdagang sepatu.
Ketika musim haji tiba, ia mempersiapkan diri untuk berangkat bersama istrinya. Menjelang keberangkatan itu, istrinya yang sedang hamil mencium aroma makanan yang sangat sedap dari tetangganya. Muwaffaq pun mendatanginya dan memohon agar istrinya diberikan sedikit makanan tersebut.
Tetangganya ini langsung menangis. Ia lalu menceritakan kisahnya. “Sudah tiga hari ini anakku tidak makan apa-apa,” katanya. “Hari ini, aku melihat seekor keledai mati tergeletak dan kemudian aku memotongnya, lalu kumasak untuk mereka. Ini terpaksa kulakukan karena kami memang tidak punya. Jadi, makanan ini tidak layak buat kalian karena makanan ini tidak halal bagimu,” terangnya sambil menangis.
Mendengar hal itu, tanpa berpikir panjang Muwaffaq langsung kembali ke rumahnya mengambil tabungannya 350 dirham untuk diserahkan kepada keluarga tersebut. “Belanjakan ini untuk anakmu. Inilah perjalanan hajiku,” ungkapnya.
Kisah ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa sesungguhnya haji adalah amal yang utama. Berjihad juga merupakan amal utama. Namun, menyantuni anak yatim, orang miskin, dan telantar merupakan amal yang lebih utama.
Karena, beribadah haji hanya untuk kepentingan pribadi, sedangkan menyantuni anak yatim dan memberi makan fakir miskin menjadi ibadah sosial yang manfaatnya lebih besar. Wallahu a'lam

KEUTAMAAN PUASA ARAFAH


KEUTAMAAN PUASA ARAFAH
Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
Sahabatku, insya Allah kamis 9 Dzulhijjah 1433 (24 Oktober 2012) atau sehari sebelum Idul Adha, para tamu Allah akan melaksanakan Wukuf di Padang Arafah.
Sungguh disunnahkan bagi umat Rasulullah yang tidak berwukuf untuk melaksanakan Puasa Arafah, inilah dalil keutamaan puasa Arafah:
  1. Meraih syafaat Rasulullah karena Puasa Arafah adalah puasa kesukaan Rasulullah, "Tiada dari hari dalam setahun aku berpuasa lebih aku sukai daripada hari Arafah. (HR Baihaqi)
  2. Penghapus dosa setahun yang lalu bahkan sesudahnya, “Saya berharap kepada Allah agar dihapuskan (dosa) setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.” (HR Muslim)
  3. Saat kita berpuasa doa kita sangat mustajab, “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah...(HR At Tirmidzi)
  4. Insya Allah dengan taubat sungguh-sungguh dan Puasa Arafah, Allah bebaskan dari api Neraka, “Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari Neraka adalah hari Arafah (HR Muslim)
“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api Neraka selama tujuh puluh tahun.” (HR Bukhari Muslim).
"SubhanAllah begitu besar rahmat dan karunia Allah untuk hamba-Nya yang berpuasa Arafah.
Semoga Allah perkenankan Arifin dan kalian sahabatku untuk menikmati Puasa Arafah... Aamiin".

Jumat, 19 Oktober 2012

Syahril Qur'an Bakti Orang Tua


BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANGTUA

A/B/C : Assalaamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
A/B/C : Hamdan wa syukron lillah. Ammaa ba’du.

A       : Sahabat-sahabat sekalian yang berbahagia,.. Ibu telah melahirkan kita  dengan susah yang bertambah susah. Sejak kecil kita dipelihara penuh dengan kasih sayang oleh  Bapak  dan Ibu kita, karena itulah sebagai anak sholeh kita wajib berbakti kepada Bapak dan ibu sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 36:
B     :
C      :
Sembahlah Allah & janganlah kamu mempersekutukan-Nya dgn sesuatupun. & berbuat baiklah kpd 2 orangtua…….
Saudara-saudaraku yg dirahmati Allah, Ayat tadi memerintahkan kepada kita agar senantiasa menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, & berbuat baik kepada kedua orang tua kita. Cobalah kita hitung jasa kedua orangtua kita, tentu tidak akan mampu menghitungnya, karena jasa mereka sangat besar tiada terkira.
Subhaanallah, betapamulia jasa kedua orangtua kita! Suatu hari, ada seorang sahabat bertanya kepada  Nabi SAW, “Siapakah yang patut memperoleh penghormatan terbaik dariku, wahai Nabi?” “Ibumu,” jawab Nabi singkat.” Lalu siapa lagi?” sahabat kembali bertanya. “Ibumu,” Nabi tetap memberi jawaban yg sama. “Lalu siapa? ” sahabat itu terus bertanya. “Ibumu,” lagi-lagi Nabi memberi jawaban yg sama hingga 3 kali.“Lalu siapa, wahai Nabi?” “Ayahmu.
Karena itulah, barangsiapa yang durhaka kepada kedua orangtua, niscaya Allah akan menurunkan siksa & neraka balasannya. Panasnya, duuuuh…. Minta ampun! Pokoknya puanas banget dech, ratusan kali lipat panasnya dari api dibumi ini. Nah, sebagai generasi shalih & shalihah, marilah kita berbakti kepada kedua orangtua & senantiasa berdoa untuk mereka:
B  : Ya Tuhanku, ampunilah aku & kedua orangtuaku, & sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangiku di kala aku masih kecil.
A  : Saudara-saudaraku yg dirahmati Allah, demikian yg dapat saya sampaikan. Mohon maaf atas segala kekurangan & kesalahan.
A     : Tiap nafas tiadalah kekal
B     : Siapkan bekal menjelang wafat
C     : Turutlah Nabi siapkan bekal
A     : Dengan sebar ilmu manfaat
A/B/C : Billahit-taufiqwal hidayah !
Wassalaamu’alaikum warohmatullohi. Wabarokatuh